Dari Salah Satu yang Tertulis...

“Hiduplah seperti pohon kayu yang lebat buahnya, hidup di tepi jalan dan ketika dilempari orang dengan batu, tetapi dibalas dengan buah” (Abu Bakar Sibli).

Rabu, 06 Februari 2013

Liat Ikan Lele

Soreee readerss, hihi. . .
Gue udah lama nggak ngentri nih. . .
Sore ini gue lagi sendirian (ups, sebenernya gue lagi belajar ngomong pake "aku" loh, tapi susah T_T), liatin ikan lele di gedung Widyaloka universitas gue. Kolamnya ada di bawah tangga, dan sekarang coba kalian disini, bisa liat lele-lelenya nemenin gue ngetik tulisan kali ini (:

Ngomongin soal lele di kolam ini, dulu banyak banget lelenya. terakhir gue liat berdua ama seseorang yang nggak bisa disebut namanya.  Udah lama yang jelas, keadaanya masih sama, yang beda cuma lelenya sekarang tinggal dikit, ikan hiasnya juga cuma kesisa satu ekor. Gue takutnya ikan hiasnya abis  dimakanin ama lele-lele yang kelaparan. Nggak bisa gue bayangin deh adegan kanibalisme lele-lele ini makanin sodaranya sesama ikan. 

Well, Kota Malang akhir-akhir ini ujan mulu. Kalo nggak ujan sering banget mendungnya, kayak sekarang. Jadinya gue susah liatin lele-lele ini ada dimana, mata gue udah nggak begitu jelas soalnya. Jadi palingan gue cuma bisa loncat kalo tuh lele tau-tau nongol depan gue. Info kecil aja yaa, gue takut ama kepala lele )':

Gue bingung mau cerita apalagi. Hari ini hati gue kosong banget. Ada sedikit sedih karena sendirian kayak ikan hias di kolam depan gue. Orang yang nggak bisa disebut namanya lagi nggak disini. Dan mungkin akan terus nggak disini. Sayang banget, tapi gue udah nggak bisa ngapa-ngapain lagi. Maklum udah terikat janji gue yang bakal ngelakuin apa aja buat dia asal dia seneng. Tadi pagi adek kosan bilang gue terlalu sabar. Tapi gue rasa enggak, lebih tepatnya gue nggak bisa ngelakuinnya, ngelakuin hal yang bikin dia sakit secara sengaja.

Gue kesepian sekarang. Sendirian liatin lele-lele dan seekor ikan hias yang masih bisa renang dengan bahagia gitu. Gimana yaa rasanya jadi ikan hias itu. Dia udah nggak punya temen. Yang ada cuma lele-lele yang  bisa aja makan dia sewaktu-waktu kalo emang kanibalisme lele nggak hanya buat kalangan anaknya doang.  Ato mungkin aja kalo lele-lele ini udah jadi sahabatnya ikan hias di kesendiriannya. Pelajarang yang gue dapet dari ikan ini kayaknya gue harus bisa bersahabat dengan tiap ujian hidup gue. Soalnya kalo terus-terusan ngeluh nggak bakalan tenang hidup. 

Hei ikan hias, hiduplah dama di tempatmu berada. Kelak bila lele-lele itu memakanmu, yakinlah kalau itu memang yang terbaik untukmu. Karena setidaknya hidupmu berakhir tidak sia-sia. :D

Rabu, 22 Agustus 2012

Cintaa Diaa


 Cinta. Cinta. Cinta. Lagi-lagi kepikiran kata itu. Berusaha buat ngerti cinta itu apa. Apa suka ama sesuatu itu bisa disebut cinta? Malam ini mungkin aku sedikit melankolis dengan memikirkan arti dari cinta.

 Dulu, menurutku cinta itu Sang Pencipta, kekasihnya, Ibu, Ayah, kakak, dan adikku. Tapi entah sejak kapan aku merasa cinta itu dia. Dia yang terkadang tanpa sadar muncul dalam otakku, dan mulai menari-nari dalam benakku.

 Secara ilmiah cinta itu datang dari hidung, kemudian turun ke hati. Perasaan cinta muncul karena diproduksinya zat-zat tertentu dalam tubuh yang memiliki efek bius seperti narkoba. Salah satu zat ini adalah feromon. Zat ini hanya dapat dirasakan oleh vomeronasalorgan (VMO) yang terdapat di hidung. Sinyal yang diterima VMO ini kemudian disalurkan ke hipotalamus yang ada di otak. Sehingga kemudian muncul perasaan suka atau tertarik antar individu.  Konon kemampuan tubuh dalam menghasilkan feromon akan berkurang setelah dua sampai empat tahun.

 Hormon lain yang dihasilkan tubuh adalah dopamin. Hormon ini memiliki kerja adiktif. Jadi bagi mereka yang menyukai pasangannya hormon ini membuat mereka ketagihan untuk terus bertemu dengan orang yang disukainya itu. Bisa jadi hormon ini yang menyebabkan kita kangen pacar kita biarpun orangnya baru aja pergi, hihi.

 Lepas dari segala hal yang berbau ilmiah, sepertinya aku merasa cinta untuk dia itu jatuh ke otak, kemudian turun ke hati. Mungkin beberapa orang merasa cinta itu datang dari mata kemudian turun ke hati. Okelah, untuk yang merasakan love at first sight mungkin memang seperti itu adanya. Seseorang pernah berkata padaku, cinta yang datang dari mata terkadang hanya bersifat sementara. Saat orang itu tidak melakukan apa yang membuat kita jatuh cinta saat melihatnya terkadang tanpa sadar rasa cinta lenyap, berkurang, atau berubah menjadi rasa bosan dan sebagainya. Tapi bukan berarti aku menentang orang yang mendukung pertanyaan cinta itu datang dari mata turun ke hati.

 Aku menyukainya karena dia tiba-tiba muncul begitu saja di otakku. Terkadang sekeras apapun aku mengusir bayangan tentangnya dia tetap bertahan dikepalaku. Cinta itu buta. Karena itu aku tidak bisa melihat apa yang membuatku bisa membencinya atau menyukainya. Otakku sepertinya termainset untuk terus memikirkannya walaupun aku tidak tahu alasan pastinya. Cinta tanpa alasan? Bagiku bukan tanpa alasan aku menyukainya. Tapi karena begitu banyak alasan yang tidak bisa aku jelaskan hingga aku memilih untuk mengatakan Aku Menyukainya Tanpa Alasan. Aku menyukainya apa adanya.

 Cinta itu bisa buat seseorang terus terjaga sepanjang malam hanya karena memikirkan dia. Bisa buat menangis saat kita melukai hatinya. Buat gila saat tak ada kabar tentangnya. Bahkan yang ekstrim bisa buat kita mencoba bunuh diri saat tahu cinta kita bertepuk sebelah tangan alias si dia nggak punya atau udah nggak punya rasa yang sama ke kita.

 Cinta itu bisa buat kita tertawa dan menangis dalam waktu yang sama. Itu yang aku rasakan saat ada didekatnya. Cinta itu buat kita buta akan kelemahan-kelemahannya. Buta akan segala kelakuannya yang sebenarnya melukai hati kita. Bagiku, saat aku menerimanya, aku siap buta akan segala hal yang nantinya akan menyakitiku. Seseorang berkata kalau sakit itu merupakan suatu proses untuk menjadi dewasa. Aku ingin dewasa bersamanya.

 Dia rasa senang dan  rasa sakitku. Dia rumahku, dimana aku pergi dan nantinya akan kembali. Aku tidak berusaha untuk mencintainya karena memang cinta itu sudah ada sebelumnya. Cinta yang belum hilang meski terkadang dia menyelipkan rasa sakit di dalamnya. Mungkin suatu saat dia akan pergi meninggalkanku, atau mungkin aku yang akan pergi dari hidupnya. Beranjak untuk menemukan cinta sejati. Tapi untuk saat ini, aku ingin ada disisinya. Merasakan pahit dan manis cerita hidup dengannya. Melewati hari bersama dengan bercanda, tertawa, menangis, dan hal-hal konyol lainnya. Berbagi cerita hidup yang berliku dan bersama-sama belajar memaknai hidup seakan telah menjadi suatu momen yang tak ternilai.

 Saat ini, entah sampai kapan, Aku Katakan Kalau Aku Menyukainya. Mungkin diluar sana masih banyak orang yang menyukainya lebih dari aku, dan mungkin masih banyak juga orang yang menyukaiku lebih dari dia. Tapi saat ini, entah sampai kapan, aku akan katakan aku letih untuk mencari. Karena saat ini apa yang kubutuhkan sudah ada didepanku. Walau itu tidak selalu indah, tapi aku yakin, saat ini dia tempatku pulang. 

Gema Takbir Malang.
Sabtu, 18 Agustus 2012.