Cinta. Cinta. Cinta. Lagi-lagi
kepikiran kata itu. Berusaha buat ngerti cinta itu apa. Apa suka ama sesuatu
itu bisa disebut cinta? Malam ini mungkin aku sedikit melankolis dengan
memikirkan arti dari cinta.
Dulu, menurutku cinta itu Sang
Pencipta, kekasihnya, Ibu, Ayah, kakak, dan adikku. Tapi entah sejak kapan aku
merasa cinta itu dia. Dia yang terkadang tanpa sadar muncul dalam otakku, dan
mulai menari-nari dalam benakku.
Secara ilmiah cinta itu datang
dari hidung, kemudian turun ke hati. Perasaan cinta muncul karena diproduksinya
zat-zat tertentu dalam tubuh yang memiliki efek bius seperti narkoba. Salah
satu zat ini adalah feromon. Zat ini hanya dapat dirasakan oleh vomeronasalorgan (VMO) yang terdapat di
hidung. Sinyal yang diterima VMO ini kemudian disalurkan ke hipotalamus yang
ada di otak. Sehingga kemudian muncul perasaan suka atau tertarik antar
individu. Konon kemampuan tubuh dalam
menghasilkan feromon akan berkurang setelah dua sampai empat tahun.
Hormon lain yang dihasilkan tubuh
adalah dopamin. Hormon ini memiliki kerja adiktif. Jadi bagi mereka yang
menyukai pasangannya hormon ini membuat mereka ketagihan untuk terus bertemu
dengan orang yang disukainya itu. Bisa jadi hormon ini yang menyebabkan kita
kangen pacar kita biarpun orangnya baru aja pergi, hihi.
Lepas dari segala hal yang berbau
ilmiah, sepertinya aku merasa cinta untuk dia itu jatuh ke otak, kemudian turun
ke hati. Mungkin beberapa orang merasa cinta itu datang dari mata kemudian
turun ke hati. Okelah, untuk yang merasakan love
at first sight mungkin memang seperti itu adanya. Seseorang pernah berkata
padaku, cinta yang datang dari mata terkadang hanya bersifat sementara. Saat
orang itu tidak melakukan apa yang membuat kita jatuh cinta saat melihatnya
terkadang tanpa sadar rasa cinta lenyap, berkurang, atau berubah menjadi rasa
bosan dan sebagainya. Tapi bukan berarti aku menentang orang yang mendukung
pertanyaan cinta itu datang dari mata turun ke hati.
Aku menyukainya karena dia
tiba-tiba muncul begitu saja di otakku. Terkadang sekeras apapun aku mengusir
bayangan tentangnya dia tetap bertahan dikepalaku. Cinta itu buta. Karena itu
aku tidak bisa melihat apa yang membuatku bisa membencinya atau menyukainya.
Otakku sepertinya termainset untuk
terus memikirkannya walaupun aku tidak tahu alasan pastinya. Cinta tanpa
alasan? Bagiku bukan tanpa alasan aku menyukainya. Tapi karena begitu banyak
alasan yang tidak bisa aku jelaskan hingga aku memilih untuk mengatakan Aku
Menyukainya Tanpa Alasan. Aku menyukainya apa adanya.
Cinta itu bisa buat seseorang
terus terjaga sepanjang malam hanya karena memikirkan dia. Bisa buat menangis
saat kita melukai hatinya. Buat gila saat tak ada kabar tentangnya. Bahkan yang
ekstrim bisa buat kita mencoba bunuh diri saat tahu cinta kita bertepuk sebelah
tangan alias si dia nggak punya atau udah nggak punya rasa yang sama ke kita.
Cinta itu bisa buat kita tertawa
dan menangis dalam waktu yang sama. Itu yang aku rasakan saat ada didekatnya.
Cinta itu buat kita buta akan kelemahan-kelemahannya. Buta akan segala
kelakuannya yang sebenarnya melukai hati kita. Bagiku, saat aku menerimanya,
aku siap buta akan segala hal yang nantinya akan menyakitiku. Seseorang berkata
kalau sakit itu merupakan suatu proses untuk menjadi dewasa. Aku ingin dewasa
bersamanya.
Dia rasa senang dan rasa sakitku. Dia rumahku, dimana aku pergi
dan nantinya akan kembali. Aku tidak berusaha untuk mencintainya karena memang
cinta itu sudah ada sebelumnya. Cinta yang belum hilang meski terkadang dia
menyelipkan rasa sakit di dalamnya. Mungkin suatu saat dia akan pergi
meninggalkanku, atau mungkin aku yang akan pergi dari hidupnya. Beranjak untuk
menemukan cinta sejati. Tapi untuk saat ini, aku ingin ada disisinya. Merasakan
pahit dan manis cerita hidup dengannya. Melewati hari bersama dengan bercanda,
tertawa, menangis, dan hal-hal konyol lainnya. Berbagi cerita hidup yang
berliku dan bersama-sama belajar memaknai hidup seakan telah menjadi suatu
momen yang tak ternilai.
Saat ini, entah sampai kapan, Aku
Katakan Kalau Aku Menyukainya. Mungkin diluar sana masih banyak orang yang
menyukainya lebih dari aku, dan mungkin masih banyak juga orang yang menyukaiku
lebih dari dia. Tapi saat ini, entah sampai kapan, aku akan katakan aku letih
untuk mencari. Karena saat ini apa yang kubutuhkan sudah ada didepanku. Walau
itu tidak selalu indah, tapi aku yakin, saat ini dia tempatku pulang.
Gema Takbir Malang.
Sabtu, 18 Agustus 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar